Setiap manusia adalah makhluk pencinta. Dan setiap cinta selalu memercikkan kerinduan dan impian. Itulah "karya agung" Tuhan yang ditanamkan di kedalaman jiwa manusia semenjak awal penciptaannya. Ini berarti bahwa dibelahan wilayah manapun tak akan pernah ada sepotong nafaspun yang mengingkari kerinduannya untuk dicintai dan mencintai. Dua watak hakiki manusia ini sekaligus menjadi penanda signifikan atas nilai kemanusiaannya, sehingga kalau seumpama masih saja ditemukan sesosok manusia yang tidak ingin dicintai dan mencintai, maka tentulah dia bukanlah manusia, atau setidaknya tengah mengidap suatu penyakit yang menggerogoti hakikat kemanusiaannya.
Dan melalui tulisan indah ini saya hendak mengingatkan kembali makna eksistensial cinta suci yang niscaya diselimuti oleh impian dan kerinduan. Semua ini akan terasa sangat tepat kalau kita sejenak sudi merenungkan diri didalam keheningan malam yang gulita dan legam, lantas kita melayarkan pikiran dan hati kita untuk mengenang wajah-wajah sang tercinta yang barangkali tengah dibuai mimpi lelapnya atau mungkin juga tengah dilanda kegelisahan rindu itu. wajah sang kekasih seketika menyemburat ke relung batin kita, memancarkan senyuman terindahnya, menyematkan lambaian manisnya seolah-olah tak jemu mengundang kita menujunya, menyebelahinya, lalu memeluknya erat-erat dan mempersembahkan sehelai kecupan hangat yang tak akan pernah terlupakan dalam bundelan helai sejarah hidupnya.
Tapi, begitulah memang keanehan dan sekaligus keperkasaan cinta. Ia sangat indah, namun sekaligus sangat menggelisahkan. Seolah tidak ada waktu untuk dilayari dengan kesendirian. Seakan hidup hanyalah untuk bersebelahan, berengkuhan, dan berpelukan. Namun bukankah justru di antara gemerlap kerinduan yang menusuk jiwa itulah kita seketika bisa lebih memaknai kesendirian dan kesunyian dalam cakrawala keagungan cinta? Bukankah cinta akan kian dalam menancapkan duri-duri mawarnya ke jantung kita justru ditengah kerinduan tersebut?
Sebagaimana yang saya yakini, cinta tanpa kerinduan setara dengan tidur tanpa impian. Semuanya berjalan kosong dan tanpa makna. Maka, janganlah menyesali cinta dan rindu. Jadikanlah kedua anugerah itu sebagai sebuah jembatan yang akan menghantarkan kita menuju puncak Yang Maha Rindu: Sang Pencipta.